Jumat, 20 April 2012

Dipecat ketika Jatuh Cinta dengan Indonesia

Personal News Magazine - Siapapun pecinta sepakbola tanah air tentu sangat akrab dengan nama Alfred Riedl. Pria asal Austria yang menukangi Timnas PSSI yang sempat membuat publik tanah air dilanda euphoria sepakbola.

Cholis Faizi, Jakarta

Kini, dia datang lagi ke tanah air atas inisiatif PSSI versi KLB Ancol. Bagaimana prospek dia menangani sepakbola kita kembali?
“You need me…?” Itulah sepenggal tanya yang muncul dari sosok Alfred Riedl (63). Turun dari mobil Alphard warna hitam, dia langsung menyapa para wartawan dengan kalimat itu di kantor PSSI La Nyalla Mattalitti, Minggu (15/4) lalu.

Ketika menukangi Timnas Indonesia jelang Turnamen Piala AFF 2010, pelatih asal Austria itu juga selalu melontarkan kalimat itu. Pertanyaan itu menjadi demikian populer di kalangan wartawan saat itu manakala dengan setia menunggui latihan-latihan Timnas di Lapangan PSSI di kawasan Gelora Bung Karno Senayan Jakarta.

Tiap usai melatih tim, Riedl dengan serta merta menyambangi wartawan yang sudah menanti di sisi lapangan, dan berkata, “You need me?”
Suasana keakraban antara pers dengan Riedl terasa demikian kental. Mengingat, hasil-hasil polesan yang dilakukan Riedl terhadap Timnas demikian kentara sejak ia ditunjuk dan dikontrak oleh PSSI pada April 2010 untuk menyiapkan Timnas ke Piala AFF yang digelar di Indonesia pada bulan Desember.

Di tengah hiruk-pikuk pertandingan babak penyisihan pasca Timnas Indonesia berhasil lolos ke semifinal, masih di sela latihan Riedl pun membalik tanya: “You don’t need me now…?”

Mengapa Riedl menyatakan itu? Sebab ketika itu kalangan wartawan sudah mengalihkan buruan liputannya kepada para pemain. Meski gelar juara belum direngkuh, namun pers sudah cenderung mengidolakan para pemain sebagai bintang dan pahlawan menyusul kinerja tim yang sangat mengesankan.
Apa makna dari pembalikan tanya Riedl adalah hasil nyata yang tak bisa dibantah bahwa pelatih kelahiran Wina, Austria pada 2 November 1949 itu telah berhasil mengangkat citra dan pamor tim nasional Indonesia. Melalui profesionalitas dan kerja keras yang panjang, euforia telah tercipta dari para pencinta sepakbola di tanah air. Meski akhirnya harus takluk dari Malaysia pada babak final, Riedl adalah sosok yang telah mengembalikan kejayaan sepakbola Indonesia.

Kini, Riedl kembali ke Indonesia. Kedatangannya adalah atas panggilan dari kepengurusan PSSI KLB Ancol pimpinan La Nyalla Mattalitti yang berkeinginan mengontrak kembali Riedl. Sebab pemain Timnas Austria tahun 1984-1985 itu dipandang masih cocok untuk membangkitkan kembali pamor Timnas baik secara fisik maupun psikologis.

Riedl yang sebelumnya mengantongi kontrak tertulis selama dua tahun sejak April 2010, di tengah perjalanan pada 13 Juli 2011 kontraknya diputus secara sepihak oleh kepengurusan PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin Husin.

Pemutusan kontrak terhadap Riedl oleh PSSI, menimbulkan gejolak dan reaksi keras dari segenap masyarakat luas. Masyarakat pun kemudian mahfum, bahwa pemutusan kontrak itu lebih disebabkan faktor like and dislike dari pihak-pihak tertentu yang demikian ‘memusuhi’ dan membenci sosok Nirwa Dermawan Bakrie yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung perjalanan organisasi PSSI.

Tetapi ketika pengurus PSSI La Nyalla memintanya kembali menukangi Timnas untuk persiapan ke Turnamen Piala AFF 2012 yang akan digelar pada Desember mendatang, Riedl tak mempunyai keraguan sedikitpun, meski ia tahu betul tentang perjalanan sejarah PSSI selama ia berkecimpung melatih di Indonesia hingga ia dipecat oleh PSSI.

“Saya tidak ragu untuk kembali ke sini, sebab saya pernah merasakan atmosfir yang mengesankan di sini. Saya diberhentikan oleh PSSI justru ketika saya sudah sedang jatuh cinta pada Indonesia,” tutur Riedl.

Mengungkit kembali kenangan pemecatannya karena dituding telah menandatangani kontrak secara pribadi dengan Nirwan D Bakrie, dalam konferensi pers pada Selasa (10/4) siang di Jakarta, Riedl pun membantah.

“Sebagai pelatih asing, mana mungkin saya akan dikontrak secara individual dengan individu pengurus PSSI. Saya menghormati asas dan saya tahu aturan,” tegasnya.

Hal ini pun dipertegas oleh Wakil Ketua Umum PSSI Rahim Soekasah. “Mereka (PSSI Djohar) saja yang menyebut kontrak individu,” katanya.
Terkait dengan rencana PSSI untuk membentuk Timnas ke masa depan, Riedl pun sepakat bahwa ia akan memilih pemain-pemain terbaik dari seluruh negeri tanpa memandang asal klub. Riedl merasa yakin, bersama dirinya Timnas akan kembali menemukan form seperti sediakala meskipun atmosfirnya telah berubah dari era angkatan pemain sebelumnya.

Alfred Riedl menginjakkan kakinya kembali di Indonesia pada Minggu malam, 8 April 2012. Ia mengaku senang bisa memenuhi undangan PSSI versi KLB. Sebab sejak kembali ke negeri asalnya, ia mengantongi keyakinan dan segenggam harapan; suatu saat nanti kelak ia akan kembali ke Indonesia.
“Saya belum mau berkomentar banyak dengan kondisi saya ke Indonesia. Saya ingin melihat situasi terakhir kondisi organisasi sepak bola Indonesia. Saya akan bicara banyak dengan beberapa pihak yang sangat tahu dengan kondisi sepak bola,” jelasnya.